Tuesday, July 26, 2011

Pembibitan Tanaman Kopi


Perbanyakan tanaman kopi dilakukan melalui dua cara, yaitu secara generatif dan vegetatif. Secara teknis perbanyakan secara generatif lebih mudah dibanding perbanyakan secara vegetatif. Akan tetapi perbanyakan secara vegetatif menghasilkan bahan tanaman yang secara genetis sama dengan tanaman induknya.
Kedua cara perbanyakan tanaman kopi tersebut memerlukan pengelolaan yang berbeda. Rencana penanaman kopi dengan menggunakan bahan tanam yang berbeda akan memerlukan bahan tanaman, bahan pembantu, dan jumlah serta kualifikasi tenaga kerja yang berbeda.
Karena merupakan teknik modifikasi dari perbanyakan secara generatif, maka pengelolaannyapun sebenarnya mengacu pada pengelolaan perbanyak­an tanaman kopi secara generatif, dan hanya pada tindakan yang berbeda itu sajalah harus dilakukan penyesuaian pengelolaan. Secara umum perbanyak­an secara vegetatif dibagi menjadi penyetekan (setek ruas, setek belah, dan setek daun bermata tunas), penyambungan (sambungan epikotil, sambungan hipokotil, dan sambungan akar), gabungan antara penyetekan dan penyam­bungan (setek sambung), dan perbanyakan secara kultur jaringan.
Secara manajerial, suatu hal yang harus diperhatikan untuk perbanyak­an secara vegetatif ini adalah ketersediaan sumber bahan tanamnya. Untuk perbanyakan secara generatif, bahan tanam dapat disediakan oleh sumber­ benih resmi. Untuk perbanyakan secara vegetatif, bahan tanam harus disediakan sendiri oleh kebun sesuai dengan keperluannya (misal dengan membangun kebun entres untuk memproduksi tunas orthotrop untuk keperluan penyetekan, membangun kebun entres untuk penyedia entres akar untuk keperluan sambung akar, atau melakukan pemesanan secara khusus untuk menyediakan bahan tanam hasil kultur jaringan kepada lembaga yang berkompeten, seperti Pusat Penelitian Kopi.

Keuntungan Bibit Setek

Menjamin kemurnian klon.Umur siap tanam relatif pendek (9-12 bulan sejak perakaran). Perakaran cukup banyak dan akar tunggang pengganti yang tidak kalah kokoh dengan akar tungggang asal biji Mempunyai sifat yang sama dengan pohon induknya. Mutu yang dihasilkan seragam. Prekositas (masa berbuah awal) relatif pendek (± 2 tahun).   
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perbanyakan menggunakan setek berakar sebagai berikut: Sumber bibit, Kebutuhan bibit, Pembuatan bedengan, Pelaksanaan penyetekan,Pemindahan ke polybag

SUMBER BIBIT

Bibit yang digunakan untuk setek, berasal dari kebun entres yang telah dilakukan pemurnian dengan pemeliharaan yang intensif. Kebun entres perlu mendapat perhatian yang serius dalam pengelolaannya. Kebun entres yang ideal adalah sebagai berikut :
a. Identitas jelas dan tidak terkontaminasi dengan klon yang lain

b. Sumber bibit dengan setek berakar

c. Rutin dilakukan peremajaan sesuai dengan kebutuhan

d. Dekat dengan sumber air dan mudah pengawasannya.




KEBUTUHAN BIBIT

Kebutuhan bibit untuk keperluan penanaman tergantung pada : Jarak tanam di lapangan, Kebutuhan bahan tanam untuk penyulaman, Daya tumbuh setek, Persentase bibit yang dapat dipindahkan ke polybag, Persentase bibit yang terseleksi dan dapat dipindahkan ke lapangan. Untuk mempermudah perhitungan disajikan tabel sebagai berikut :

No
Keterangan
Daya tumbuh
1
Setek jadi
75 %
2
Setek pindah polybag
85 %
3
Polybag siap salur
80 %
4
Bibit tumbuh lapangan
90 %

Misal Jarak Tanam 2,5 x 2,5 m  ,  Populasi 1600 ph/Ha.
Koefisien kebutuhan bibit setek   = 100/75x100/85x100/80x100/90
                                                     = 2,17
Rumus Kebutuhan Bibit Setek      = 2,17 x P x A
Dimana       P = Populasi per Ha
                   A = Luas Areal




PERSIAPAN BEDENG SETEK
Sebelum penyetekan dikerjakan terlebih dahulu memilih lokasi untuk membuat bedengan setek.syarat lokasi penyetekan : Dekat sumber air, dekat dengan tempat pembibitan, dekat dengan tempat penanaman, dan mudah diawasi. Tempat datar dan berdrainase baik.Tanah bebas dari nematoda akar atau cendawan akar kopi. Terlindung dari gangguan hewan hama
  
Teknik pembuatan bedengan :

Tanah bedengan ditinggikan setinggi 20 cm dengan menggunakan tanah yang subur dan gembur. Sisa-sisa akar, batu, atau benda lainnya harus dibuang dari bedengan. Setelah permukaannya diratakan, di atasnya dilapisi dengan lapisan pasir halus, yang diayak dengan ayakan 0,5 x 0,5 cm, setebal 5 cm. Di bagian pinggir bedengan diberi dinding penahan dari bambu atau batu bata agar tidak mudah longsor. Bedengan diberi atap dari daun kelapa, tebu, ilalang, paranet atau yang sejenisnya. Tinggi atap di sebelah Timur 180 cm dan sebelah Barat 120 cm. Atap juga dapat berupa atap masal dengan tinggi 2 m. Tiang penyangga atap sebaiknya terbuat dari tanaman lamtoro atau glirisidia dengan jarak 1 x 2 m. Jarak antar bedengan satu meter, yang digunakan sebagai jalan untuk pengawasan, pengendalian hama dan penyakit, pengangkutan pupuk, atau sarana lain.
Untuk mencegah gangguan nematoda parasit, bedengan difumigasi dengan menggunakan vapam, dengan dosis 100 ml/10 liter air untuk setiap meter persegi bedengan. Setelah difumigasi, bedengan segera ditutup dengan menggunakan sungkup plastik selama tujuh hari. Setelah itu sungkup dibuka selama tujuh hari dan bedengan telah siap untuk pengecambahan.
Bedengan dibuat memanjang dengan ukuran 1,25 m x 5 m atau sesuai dengan kondisi lahan. Tebal medium 20-25 cm yang terdiri atas campuran tanah pasir : pupuk kandang 1 : 1 : 1.Pembuatan kerangka sungkup dan menyiapkan lembaran plastik transparan. Tinggi kerangka sungkup ± 60 cm. Pembuatan para-para di atas bedengan setek agar tidak terlalu panas tetapi tidak boleh terlalu gelap.
Sebaiknya penyetekan dilakukan di bawah pohon pelindung lamtoro atau jenis lainnya yang dapat meneruskan cahaya difus.
PELAKSANAAN PENYETEKAN
  • Melakukan inventarisasi kebun entres agar diketahui komposisi klon dan umur entres. Kebun entres harus selalu diremajakan.
  • Umur entres yang digunakan adalah 3-6 bulan, karena pada umur tersebut bahan cukup baik untuk setek.
  • Pemotongan bahan setek dengan cara menggunakan satu ruas 6-8 cm dengan sepasang daun yang dikupir, pangkal setek dibuat runcing.
  • Apabila bahan yang digunakan klon yang sulit berakar, perlu dibantu dengan zat pengatur tumbuh.
  • Jarak tanam setek 5-10 cm.
  • Setelah setek tertanam dilakukan penutupan/disungkup dengan plastik.
  • Penyiraman dilakukan 1-2 hari sekali (tergantung keadaan) dengan cara membuka salah satu sisi sungkup dan segera ditutup kembali. Sebaiknya digunakan knapsack sprayer.
  • Setelah umur ± 3 bulan dilakukan hardening secara bertahap
  • Umur ± 4 bulan setek dipindah ke kantung plastik (polybag) dan dipelihara seperti lazimnya pemeliharaan bibit di be­dengan
  • Bibit siap dipindah/ditanam di lapangan setelah berumur 5-7 bulan di polybag.
PEMBIBITAN POLYBAG

Syarat lokasi pembibitan polybag sama dengan syarat lokasi untuk bedengan setek. Persiapan sarana ini dilakukan satu bulan sebelum pemindahan setek ke dalam polybag. Teknis pembuatan atap bedengan pembibitan sama dengan teknis pembuatan atap bedengan penyetekan. Media pembibitan terdiri atas tanah lapis olah, pasir, dan pupuk kandang. Sebelum dicampur, setiap komponen media diayak dengan ayakan berukuran 0,5 x 0,5 cm. Setelah diayak media dicampur rata dengan perbandingan volume 2 : 1 : 1 untuk tanah yang subur atau 1 : 1 : 1 untuk tanah yang kurang subur Wadah media pembibitan digunakan polybag berwarna hitam, dengan ukuran 25 x 15 cm, dengan tebal 0,08 mm. Polibag dilubangi sebanyak 16 — 18 lubang setiap kantong dengan diameter lubang 1,0 cm. Polibag selanjutnya diisi dengan media hingga 90% volume polybag penuh. Polybag yang telah terisi media diatur berjajar pada bedengan dengan jarak antar titik pusat polybag 20 x 20 cm. Dengan demikian lebar bedengan terisi enam polybag dan setiap meter persegi bedengan terisi 30 polybag. Setelah diatur, polybag disiram dengan air hingga menjadi agak basah. Persiapan pembibitan, yang meliputi pembuatan atap bedengan, pelubangan polybag, pengayakan media, dan pengisian polybag. Untuk keadaan seperti di Pulau Jawa pada umumnya, penanaman sudah harus selesai pada bulan Desember. Dua minggu setelah penanaman, sudah dapat dilakukan evaluasi untuk menentukan kebutuhan penyulaman. Seluruh kegiatan penyulaman diharapkan sudah selesai sebelum akhir bulan pebruari. Berdasarkan perhitungan tersebut, maka rentang waktu pembibitan kopi di dataran rendah, terhitung dari persiapan pembuatan bedengan untuk pengecambahan hingga selesai pelaksanaan penyulaman, adalah 13 bulan. Setelah kegiatan penyulaman selesai, bibit sisa bahan sulaman dapat ditanam pada tempat-tempat yang kosong. Akan tetapi bibit sisa seleksi sebaiknya dimusnahkan karena keragaannya kurang baik. Untuk lahan pembibitan di dataran rendah diperlukan pupuk Urea 115,8 kg untuk pembibitan dan 5,3 kg untuk pemeliharaan bahan tanam sulaman, 63,2 kg pupuk KCI, 63,2 kg pupuk TSP, serta insektisida dari dua atau tiga macam bahan aktif yang berbeda dan fungisida. Untuk pembibitan di dataran tinggi kebutuhan pupuk Urea, insektisida, dan fungisida perlu ditambah 70% dari kebutuhan untuk pembibitan di dataran rendah. Setiap tempat pembibitan dilengkapi dengan satu ayakan berukuran lubang 0,5 x 0,5 cm, cangkul, dan sekop. Setiap 5.500 bibit dilengkapi dengan 1-2 drum untuk tandon air yang diletakkan pada ujung bedengan, satu gembor untuk penyiraman, dan pipa plastik dengan panjang sesuai dengan kebutuhan. Setiap 30.000 bibit dilengkapi dengan satu knapsack sprayer. Setiap 21.000 bibit dilengkapi dengan satu ember pengangkut pupuk dan penakar untuk menebarkan pupuk.

PEMELIHARAAN BIBIT

Penyiraman dijadwalkan untuk dilakukan setiap hari. Akan tetapi pelaksanaannya memperhatikan keadaan cuaca pada saat kegiatan sedang berjalan. Intensitas cahaya yang masuk ke bawah atap pembibitan, pada saat awal pembibitan adalah 25%. Setiap bulan secara bertahap intensitas cahaya yang masuk dinaikkan, dengan cara membuka atap/naungan sedikit demi sedikit. Hal ini dilakukan, hingga seminggu sebelum pemindahan bibit ke lapangan atap pembibitan telah terbuka semua.
Pemupukan dilakukan setiap dua minggu sekali. Pupuk yang digunakan pada umur 1 – 3 bulan adalah 1 gram Urea, 2 gram KCI, dan 2 gram TSP setiap bibit. Setelah berumur tiga bulan pupuk yang digunakan adalah Urea dengan dosis 2 gram/bibit. Pupuk ditebarkan pada alur di sekeliling bibit. Setelah ditebar, ditutup dengan tanah dan disiram. Pemberian pupuk juga dapat berupa larutan. Jika menggunakan larutan, pupuk yang diberikan dengan konsentrasi 0,2%. Dosis pemberian setiap bibit adalah 50 – 100 ml per bibit per dua minggu. Pengendalian jasad pengganggu dilakukan secara manual atau kimiawi. Hama yang sering menyerang bibit adalah ulat kilan (Hyposidra talaca), belalang, dan bekicot. Sedangkan penyakit yang sering menyerang adalah penyakit rebah batang rizoctonia solani. Seleksi bibit pertama kali dilakukan setiap dua bulan sekali. Bibit yang terlihat kerdil, atau tidak dapat terselamatkan karena terserang hama/penyakit segera dipindahkan dari lokasi pembibitan. Media pembibitan harus digemburkan setiap dua bulan sekali. Bibit yang dibibitkan di dataran rendah telah siap dipindahkan ke lapangan setelah berumur 6 – 7 bulan, dengan tinggi 40 - 60 cm, jumlah ruas batang ± 12 ruas dan jumlah cabang primer ± 14 cabang. Pada salah satu ujung bedengan pembibitan diberi papan informasi tentang jenis bibit, tanggal dimulainya pembibitan, dan jumlah awal bibit. Dalam waktu berjalan, informasi ditambah dengan jumlah bibit yang dikerluarkan dari bedengan karena terseleksi.


SETEK SAMBUNG
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan sam­bungan, yaitu ketegapan batang bawah, bahan entres, kebersihan sarana, waktu, dan keterampilan tenaga penyambung. Menyiapkan entres untuk batang atas dan bibit siap sambung sebagai batang bawah. Kriteria bibit siap sambung ukuran batang kurang lebih sebesar pensil. Penyambungan dilakukan dengan sistem celah. Daun batang bawah tidak boleh dihilangkan, tetapi disisakan 1-3 pasang daun. Daun batang atas "dikupir" (dipotong sebagian). Usahakan batang bawah dan batang atas besarnya sama. Apabila ukuran batang atas dan batang bawah tidak sama, maka salah satu sisinya harus lurus dan saling menempel antar kambium. Sambungan diikat dengan tali (rafia, benang goni, pelepah pisang, mendong atau plastik). Sambungan diberi sungkup kantung plastik transparan, pangkal sungkup. diikat agar kelembaban dan penguapan terkendali serta air tidak masuk. Penyambungan harus dilakukan dengan cepat, cermat, dan bersih. Selama ± 2 minggu setelah sambung harus dihindari dari penyi­naran matahari langsung. Pengamatan hasil sambungan dilakukan setelah dua minggu, apabila warna tetap hijau berarti sambungan berhasil dan apabila berwarna hitam berarti gagal. Sungkup dibuka/dilepas apabila tunas yang tumbuh cukup besar. Tali ikatan dibuka apabila pertautan telah kokoh dan tali ikatan mulai mengganggu pertumbuhan batang. Tunas yang tumbuh dari batang atas dipelihara satu yang paling sehat dan kekar. Pemilihan dilakukan setelah tunas tumbuh cukup besar. Ketinggian tempat berpengaruh terhadap waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan bibit. Semakin tinggi tempat pembibitan, semakin lama waktu yang diperlukan. Makin lamanya waktu pembibitan akan mengakibatkan makin mahalnya biaya pemeliharaan, karena biaya pemeliharaan merupakan fungsi dari lama pemeliharaan dan banyaknya bahan tanam yang dipelihara. Akan tetapi jika pembibitan dilakukan di dataran rendah, sedangkan penanamannya dilaksanakan di dataran tinggi, diperlukan biaya transport tambahan untuk menyalurkan bibit ke lokasi penanaman. Biaya transport merupakan fungsi dari banyaknya bahan tanam yang disalurkan, jarak pemindahan, dan kemudahan pencapaian ke lokasi penanaman. Keputusan untuk menentukan, apakah lokasi penyetekan dan pembibitan akan dilakukan di dataran tinggi (di lokasi penanaman) ataukah dilakukan di dataran rendah (di luar lokasi penanaman) ditentukan oleh perimbangan antara tambahan biaya pemeliharaan dengan biaya penyaluran bahan tanam. Jika tambahan biaya pemeliharaan relatif lebih rendah dibanding biaya penyaluran, maka pelaksanaan pengecambahan dan pembibitan sebaiknya dilakukan di lokasi penanaman. Akan tetapi jika tambahan biaya pemeliharaan relatif lebih tinggi dari biaya penyaluran, maka pelaksanaan pengecambahan dan pembibitan sebaiknya dilakukan di lokasi penanaman.

Perbedaan performance bibit yang dikelola di dataran tinggi dan dataran rendah disajikan sbb:


Karakter
Dataran Tinggi
Dataran Rendah
Waktu yang diperlukan untuk membentuk setiap pasang daun

24 – 28 hari

18 – 21 hari
Waktu yang diperlukan untuk menda-
patkan bibit yang siap salur/tanam

11 – 12 bulan

6 – 7 bulan
Ukuran polibeg yang diperlukan
30 x 20 cm
25 x 15 cm
Konsekuensi terhadap biaya pemeliharaan
Lebih tinggi
Lebih rendah
Konsekuensi terhadap biaya penya-
luran bahan tanaman
Lebih rendah
Lebih Tinggi

Dua perbedaan yang dikemukakan di atas berpengaruh terhadap waktu yang diperlukan untuk penyetekan dan pembibitan. Masalah ini perlu mendapatkan perhatian dari pengelola pembibitan, karena apapun alternatif kegiatan yang dipilih, saat akhir pembibitan harus bertepatan dengan datangnya musim penghujan. Di daerah yang pola hujannya seperti di pulau Jawa, pada bulan Nopember bibit harus telah siap ditanam dan bulan Desember seluruh bibit harus telah selesai tertanam. Oleh karena itu kegiatan yang menyebabkan perbedaan waktu pembibitan harus mendapat perhatian, karena sangat menentukan kapan pengecambahan harus mulai dilaksana­kan.

Saturday, July 23, 2011

PERSIAPAN LAHAN UNTUK TANAMAN KOPI


A.  TTAD – 1  (Tanam Tahun Akan Datang)
  • Persiapan Lapangan

Agar penanaman kopi dapat berhasil baik, idealnya diperlukan waktu persiapan ± 2 tahun atau ditentukan kondisi tanahnya. Apabila areal yang akan ditanami berupa tanaman ulangan atau konversi dari budidaya lainnya, persiapan lapangan dilaksanakan sebagai berikut:
a.      Membongkar Tunggul
Untuk tanaman kopi yang diremajakan, pembongkaran tunggul dilaksanakan pada bulan Juli/ Agustus. Pembongkaran tunggul menggunakan katrol dengan penyangga berkekuatan 5.000 kg agar semua akar tercabut tuntas.
b.      Pengendalian alang-alang
Segera setelah tunggul di bongkar dilaksanakan pengendalian alang-alang dengan menggunakan herbisida misalnya: round up.
c.       Mengajir
Untuk tanah datar pemasangan ajir secara larikan dengan jarak 2,5 X 2,5 m (disesuaikan kemiringan tanah), sedangkan untuk tanah berbukit dan miringnya kearah 2 jurusan atau lebih secara contour dengan jarak ajir contour 2,5 m.

  • Tanaman Penaung
a.      Penaung Sementara
Diantara barisan ajir yang berjarak 2,5 m dibuat waliran untuk menanam biji Moghania macrhopylla (MM) yang digunakan sebagai penaung sementara tanaman kopi.
Selain Moghania macrhopylla (MM) dapat juga menggunakan alternatif Teprhrosia atau Crotalaria.
Penanaman biji MM dilaksanaka menjelang musim awal hujan sekitar bulan Oktober – Nopember. Agar tanaman MM dapat tumbuh baik perlu dilakukan pemeliharaan antara lain: penyiangan, pendangiran, pemupukan dan penyulaman. Bila terjadi gejala serangan ulat segera dikendalikan menggunakan insectisida. Pada saat penanaman kopi dilaksanakan, sekurang-kurangnya tanaman penaung sementara/ MM sudah mencapai 1,5-2,0 m.

b.     Penaung Tetap
Pada saat tanaman kopi ditanam, penaung tetap harus sudah berfungsi lengkap.
Macam/ jenis tanaman yang dianjurkan: Lamtoro L2, Lamtoro PG 79, adapun penaung alternatif pada lokasi yang rawan dapat menggunakan krete.
Rasio populasi tanaman penaung terhadap tanaman kopi, dengan adanya pergeseran tipe iklim dibeberapa lokasi kebun kopi, serta adanya pencurian kayu dan daun untuk makanan ternak maka populasi penaung tetap diarahkan 800 ph/ ha ( rasio 1 : 2 ).

c.       Tanaman Pematah Angin (wind Breaker )
Pada lokasi kebun yang rawan terhadap tiupan angin kencang agar ditanami tanaman pematah angin, fungsinya untuk mengantisipasi terjadinya:
-          Kerusakan tajuk tanaman
-          Kerontokan bunga dan buah
-          Penguapan air dari daun dan tanah khusunya pada musim kemarau
Jenis tanaman pematah angin yang dianjurkan adalah sebagai berikut:
-          Mahoni
-          Maeopsis
-          Sengon
-          Kayu pitih

d.     Membuat teras
Sebelum tanaman kopi ditanam teras harus sudah ada, lebar teras ± 1,5 m kemudian setelah kopi ditanam teras diperlebar, pekerjaan ini dilakukan sambil menyiang tanaman kopi.

B.    TTI (Tanam Tahun Ini)
  • Membuat Lubang Tanam
Ditengah-tengah teras dibuat lubang tanaman dengan ukuran 80 X 80 X 80 cm. Tanah galian lapisan atas (top soil) dipisahkan dari tanah lapisan bawah, pembuatan lubang tanam dilakukan sekitar bulan Maret – April. Untuk teras contour, lubang tanaman dibuat dekat sisi miring sebelah atas, makin terjal kemiringan tanah makin didekatkan sisi miring sebelah atasnya. Penutupan lubang sulam sekurang-kurangnya 1 bulan sebelum bibit kopi ditanam, lubang tanam ditutup, tanah galian lapisan bawah dimasukkan dahulu, baru kemudian tanah galian lapisan atas. Setengah galian lubang pada tanah lapisan atas dicampur dengan pupuk kandang sebanyak 15 kg per lubang.


  • Tanam Kopi
Penanaman bibit kopi dilakukan pada bulan Desember, Kopi ditanam secara poliklonal dengan pengaturan secara barisan selang-seling (setiap baris 1 jenis klon), Pengangkutan bibit harus hati-hati, terutama pada saat meletakkan bibit dilapangan, Penutupan lubang dibuat agak cembung agar setelah mengendap menjadi rata dengan permukaan tanah, Lubang tanam yang sudah ditutup, sebelum ditanam bibit digali lagi secukupnya, kemudian polybag ditanam setelah dilepas plastiknya, lubang ditutup kembali dan secara bertahap dipadatkan. Letak leher akar harus sama tingginya dengan permukan tanah keras dan seyogyanya ditutup dengan mulching di piringan pohon. plastik polybag bekas bibit agar ditusukkan pada ajir untuk memudahkan pengecekan/ kontrol.