Saturday, December 31, 2011

hujan ....

detak jam malam begitu lembut bermekaran...
setiap malam angin selalu pandai mencuri waktu....
berhentilah mencemaskan hujan...
belajarlah memahami kenyataan...
dingin dan kesepian...
sehening daun-daun yang sejenak rebah...
hujan mengajarkan kesabaran...
bening tetesannya smoga tak berlinang karenanya...
rinduku baru saja pulang basah kuyup karenanya...
menyisakan dingin dan detak begitu kencang...

Friday, December 23, 2011

Bertani, Trend Baru Para Pemuda di Jepang


Kota besar Jepang dengan gedung-gedung pencakar langit dan segala pesonanya perlahan mulai kehilangan daya tariknya. Saat ini, kaum muda Jepang mulai tertarik untuk kembali ke desa.
Bukan tanpa alasan jika kaum muda Jepang yang kebanyakan merupakan karyawan kontrak di kota besar ingin mencoba hidup di desa. Mereka ingin kembali merasakan sentuhan kemanusiaan yang tergerus cepatnya ritme kehidupan perkotaan. "Saya naik kereta untuk berangkat ke kantor setiap hari dan melihat sendiri bagaimana tidak manusiawinya kelakuan orang-orang setiap paginya," kata Megumi Sakaguchi, seorang karyawan kontrak di Tokyo, seperti dimuat BBC, Senin 28 November 2011.
Mencari ketenangan, dia pun terpikir untuk mencoba profesi petani yang merupakan profesi tradisional warga Jepang secara turun temurun. Keinginan Megumi dan beberapa orang lainnya untuk merasakan ritme hidup yang lebih pelan di desa rupanya cocok dengan kebutuhan di prefektur Nagano. Dengan banyaknya kaum muda yang mengadu nasib ke kota besar, sawah di prefektur ini kekurangan tenaga penggarap.
Di Negeri Matahari Terbit, rata-rata usia petani adalah 68,5 tahun. "Namun semakin banyak pemuda yang ingin mencoba bertani dan hidup di desa. Kami di prefektur Nagano ingin membantu mereka, karena jadi petani itu tak mudah," kata Naoko Maruyama, seorang pejabat prefektur yang menggunakan situs internet untuk mencari peminat.
Prefektur Nagano yang terkenal dengan ladang stroberi, mentimun, dan padi, menawarkan program menjadi petani pada akhir pekan untuk para pemuda. Disini, mereka memperoleh pelatihan hal-hal yang berkenaan dengan pertanian, berikut dengan prakteknya. Megumi mengaku pengalaman yang diperolehnya di Nagano berharga, karena ia jadi bisa lebih santai. Ia juga mengaku terkesan dengan keramahan orang-orang desa yang masih saling mengenal tetangganya, berbeda dengan yang dialaminya di Tokyo.
Keramahan desa juga menjadi faktor utama Hitoshi Kajiya meninggalkan pekerjaannya sebagai insinyur di Tokyo. "Saya muak dengan hidup saya di kota, karena hidup saya hanya habis untuk bekerja. Saya ingin berubah. Saya memutuskan untuk jadi petani karena ritme kerjanya lebih pelan namun bisa memuaskan batin saya," kata Hitoshi, yang kini meneruskan pertanian milik Giichi Tanaka di Nagano. (*/VIVAnews)

Friday, November 4, 2011

Semarang Nda........

Dua tahun sudah diriku ngantor di kota Semarang, memang diriku tidak bertempat tinggal di kota Semarang jadi sehari-hari aku melakukan perjalanan kurang lebih 88 km pergi-pulang kekantor, Salatiga-Semarang adalah rute wajibku setiap hari, hari-hari selalu kunikmati setiap perjalanan yang kulalui. Hujan, panas dan kemacetan merupakan temanku sehari-hari. Diantara tempat-tempat kemacetan, ada beberapa tempat kemacetan favorit salah satunya, Vihara Buddha Gaya Watugong yang di dalamnya terdapat Pagoda Kwan Im, saya biasa menyebutnya sebagai tempat kemacetan yang indah, karena merupakan salah satu tempat wisata sejarah di Semarang.
Berada di perbatasan Kota Semarang dan Kab Semarang Vihara Buddha Gaya Watugong yang sebenarnya tidak terlalu jauh dari pusat kota, kira-kira hanya butuh waktu sekitar 30 menit untuk mencapai lokasi. Terletak persis di pinggir jalan jalur Semarang-Salatiga, sehingga sangat mudah terlihat oleh para pengendara karena dengan bentuk pagodanya yang khas sehingga mau tidak mau memaksa menoleh untuk melihatnya karena keunikannya, dan biasanya setiap pagi jam masuk kerja dan sore hari jam pulang kerja jalan utama didepan vihara padat merayap, sehingga kita bisa menikmati agak lama pemandangan  Vihara Buddha Gaya Watugong, sehingga menambah penasaran untuk melihat lebih dekat ke dalam Pagoda Kwan Im, bangunan yang terdapat di kompleks Vihara Buddha Gaya Watugong ini mempunyai nilai artistic dan unik tinggi 39 meter. Dibangunan tahun 2005 dan terletak persis di depan Makodam IV/Diponegoro Semarang. Bangunan yang mempunyai tujuh tingkat ini terdapat patung Dewi Welas Asih dari tingkatan kedua hingga keenamnya. Namun sedikitnya 20 patung Kwan Im dipasang di Pagoda tersebut. Pemasangan Dewi Welas Asih ini disesuaikan dengan arah mata angin. Hal ini dimaksudkan, agar Dewi yang selalu menebarkan cinta kasih tersebut bisa menjaga Kota Semarang dari segala arah. Bangunan ini merupakan pelengkap ruang Metta Karuna di Vihara Avalokitesvara Srikukusrejo Gunung Kalong di Kab Semarang.
Awalnya dalam benak saya Semarang identik dengan Lawang Sewu, namun ternyata sebenarnya masih banyak tempat wisata lain yang tidak kalah menarik dari gedung bekas kantor kereta api peninggalan kolonialisme Belanda tersebut. Memang tidak salah jika saya dan masyarakat pada umumnya di luar Semarang tidak mengetahui tempat-tempat bersejarah yang layak jadi tujuan wisata di kota yang pernah dijuluki sebagai Venice van Java” ini, ternyata Semarang menyimpan banyak pesona sebagai tujuan wisata, selain tempat yang saya lalui hampir tiap hari diatas masih banyak lagi tempat-tempat dikota Semarang yang menyimpan pesona, seperti Gereja Katedral Randusari. Bangunan yang terletak di kawasan Tugu Muda, tepatnya di Jalan dr. Soetomo Semarang, dekat dengan Lawang Sewu. Bangunan Katedral terdiri dari gedung pertemuan dan sekolah (SD Bernadus dan SMP Dominico Savio). Katedral menjadi gereja induk di wilayah Keuskupan Jawa Tengah Agung Semarang. Bangunan ini termasuk dalam kategori bangunan bersejarah yang dilindungi di Kota Semarang. Arsitektur bangunan Katedral berbentuk setangkup dengan facade tunggal yang berorientasi pada arsitektur Barat. Kompleks bangunan didesain berbentuk segi empat dengan tiga pintu masuk, masing-masing berada di sisi Barat, Selatan dan Utara.
Ada juga Taman Srigunting yang letaknya di kawasan Kota Lama Semarang, tepatnya di Gereja Blenduk. Taman Srigunting merupakan landmark Kota Lama. Pada masa Belanda, Taman Srigunting berwujud parade plein yang dibangun untuk panggung parade yang kini menjadi ruang terbuka. Taman ini merupakan satu-satunya taman yang berada ditengah kota lama, Taman Srigunting terletak di Jalan Letjen Suprapto No. 32, kawasan Kota Lama, Semarang. Taman ini diapit oleh Gedung Marba di sebelah selatan, Gedung Jiwasraya di barat daya, Gereja Blenduk di sebelah barat dan Gedung Kerta Niaga di sebelah timur. Kemudian Ada pula Kantor Pos Besar yang letaknya tidak jauh dari pasar tradisional terbesar di Semarang yaitu, Johar Semarang. Kantor Pos Besar merupakan salah satu bangunan bersejarah di Kota Loenpia. Bangunan ini dibangun pada saat pelayanan jasa pos di Indonesia hampir setengah abad. Sebelumnya, ketika lembaga pos yang dibentuk oleh J.P.Theben Tervile ini pada tahun 1862 mulai beroperasi, gedung yang ditempati berada di Kota Lama, berseberangan dengan kantor pelayanan jasa komunikasi di Jalan Letjend Suprapto, lebih ke arah barat. Tahun 1979 pernah dilakukan pemugaran pada gedung ini, serta penambahan ruang pada bagian belakang bangunan.
Dari Pasar Johar, teruslah masuk ke Jalan H Agus Salim, jika Anda sudah bertemu dengan jalan Gang Lombok di situlah terletak Klenteng Tay Kak Sie. Nama Tay Kak Sie jelas terlihat di pintu masuk Kelenteng, di situ tertulis tahun pemerintahan Kaisar Dao Guang 1821 - 1850 dari Dinasti Qing. Klenteng Tay Kak Sie didirikan pada tahun 1746, Klenteng Tay Kak Sie awalnya hanya untuk memuja Yang Mulia Dewi Welas Asih, Kwan Sie Im Po Sat. Klenteng ini kemudian berkembang menjadi klenteng besar yang juga memuja berbagai Dewa-Dewi Tao.
Bila malam, tidak jauh dari Klenteng Tay Kak Sie Anda bisa menuju ke kawasan kuliner Semawis (Semarang untuk Pariwisata), jaraknya kira-kira hanya 500 meter. Namun Semawis hanya ada pada hari Jumat sampai Minggu. Semawis dibuka sejak tanggal 15 Juli 2005, terletak di Gang Warung kawasan pecinan. Berbagai jenis makanan khas Semarang dapat dengan mudah kita dapatkan begitu memasuki kawasan semawis, yang ditutup bagi kendaraan ini. Kawasan Semawis tidak terlalu besar dan bisa dihabiskan dengan hanya berjalan kaki sekitar 20-30 menit, tetapi Semawis padat dengan aneka jenis makanan khas Semarang seperti pisang plenet atau lumpia.
Ada satu tempat lagi terutama bagi umat muslim untuk beribadah sekalian berwisata meskipun termasuk bangunan yang tergolong relative baru tapi kita bisa melihat masjid agung yang megah dan indah, sarat keistimewaan dibanding masjid-masjid lain, yakni Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) yang terletak di Jl. Gajah Raya Kelurahan Sambirejo di Kota Semarang. Masjid Agung Jawa Tengah diresmikan pada tanggal 14 November 2006 oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono. Masjid dengan luas areal tanah 10 Hektare dan luas bangunan induk untuk shalat 7.669 meter persegi tersebut bargaya arsitektur perpaduan antara Jawa, Jawa Tengah dan Yunani. Gaya Timur tengah terlihat dari kubah dan empat minaretnya. Gaya Jawa tampak dari bentuk tanjungan dibawah kubah utama. Sedangkan gaya Yunani tampak pada 25 Pilar-pilar kolosium yang dipadu dengan kaligrafi yang indah.

Wednesday, November 2, 2011

Pengertian Agribisnis

Agribisnis yang dimaksud adalah sebuah sistem yang terintegrasi dari segala kegiatan dalam pengusahaan tumbuhan dan hewan yang berorientasi pasar dan perolehan nilai tambah (value added). Berdasarkan kegiatannya agribisnis dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a.      Primer
Suatu kegiatan menghasilkan produk secara alami (langsung dari alam) dan belum mengalami perubahan bentuk fisik, dalam arti luas termasuk perikanan, peternakan, perkebunan dan kehutanan.
b.      Sekunder
Suatu kegiatan menghasilkan produk melalui proses pengolahan (perubahan bentuk fisik), yang meliputi bidang agroindustri, baik industri hulu (pembibitan, pupuk, pestisida dan produksi) maupun industri hilir.
c.       Tersier
Suatu kegiatan yang meliputi bidang jasa pemasaran dan jasa lain yang menunjang pemasaran baik untuk produk primer maupun produk sekunder.
Menurut  Downey dan  Ericson dalam Bukunya Manajemen Agribisnis (1988), agribisnis meliputi seluruh sektor bahan masukan, usaha tani, produk yang memasok bahan masukan tani; terlihat dalam produksi; dan pada akhirnya menangani pemrosesan, penyebaran, penjualan secara borongan atau eceran produk kepada konsumen akhir.
Secara umum rincian jenis keterampilan dan pengetahuan yang digunakan oleh para pekerja di bidang agribisnis :
  • Produksi pertanian dan pengembangbiakan penangkaran hewan, hasil hewan, tumbuh-tumbuhan, hasil tumbuh-tumbuhan, hutan dan hasil hutan.
  • Penyediaan jasa yang dikaitkan dengan produksi pertanian dan pembuatan serta penyebaran perbekalan yang digunakan dalam produksi pertanian.
  • Perancangan, pemasangan, perbaikan, pengoperasian dan pembenahan mesin, peralatan dan sumber tenaga, serta pembangunan struktur yang digunakan dalam produksi pertanian.
  • Semua kegiatan yang berhubungan dengan pemeriksaan, pemrosesan, pemasaran produk pertanian dan produk sampingan yang utama.
  • Setiap aspek dari rumah kaca, tempat pemeliharaan tanaman-tanaman muda (nursery), pembibitan, pertamanan (landscaping) dan tindakan lain sehubungan dengan penggunaan hortikultura sebagai penghias lahan.
  • Pengawetan, pengembangbiakan, perbaikan dan pemanfaatan sumber daya alami yang dapat diperbaharui.
  • Berbagai macam penggunaan lahan dan hasil hutan.
Menurut David and Golberg dalam Hendrawan (2003), Agribisnis sebagai “the sum total of all operations involved in the manufacture and distribution of farm suplies; production operation on the farm, processing and distribution of farm commodities and items made from them”.
Sedangkan pengertian pertanian dalam arti luas adalah seluruh mata rantai proses permanen energi surya secara langsung dan tidak langsung melalui fotosintesa dan proses pendukung lainnya untuk kehidupan manusia yang mencakup aspek ilmu pengetahuan, teknologi dan kemasyarakatan dan mencakup bidang tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan.  Jadi pertanian adalah bagian dari agribisnis hanya production operation off farm, sedangkan agribisnis mencakup 3 (tiga) hal sebagai berikut :
a.    Industri hulu pertanian atau disebut juga agribisnis hulu yakni industri-industri yang menghasilkan sarana produksi (input) pertanian (the manufacture and distribution of farm suplies) misal industri agro-kimia (industri pupuk, industri pestisida, industri obat-obatan hewan), industri agro-otomotif (industri mesin pertanian, industri peralatan pertanian, industri mesin dan peralatan pengolahan hasil pertanian) dan industri pembibitan/pembenihan tanaman atau hewan.
b.  Pertanian dalam arti luas (production operations of farm) disebut juga on farm agribisnis, yaitu pertanian tanaman pangan, tanaman hortikultura, tanaman obat-obatan, perkebunan, peternakan, perikanan laut dan air tawar serta kehutanan.
c.     Industri hilir pertanian atau disebut juga agribisnis hilir yakni kegiatan industri yang mengelola hasil pertanian menjadi produk-produk olahan baik produk antara (intermediate product) maupun produk akhir (storage, processing and distribution of farm commodities and items made from them).
Sektor agribisnis merupakan sektor yang strategis dalam menopang perekonomian nasional, tercermin dari kontribusinya pada peningkatan Produk Domestik Bruto, penciptaan kesempatan kerja, perdagangan internasional serta peranannya dalam pemerataan pembangunan. Upaya pengembangan sektor agribisnis bukan tanpa kendala, harus diakui tanpa dukungan dari berbagai pihak, khususnya perbankan, maka sulit bagi sektor ini untuk tumbuh secara memadai. Kurang berkembangangnya sektor agribisnis ini tidak terlepas dari perjalanan panjang perekonomian Indonesia dimasa lalu, pemerintah lebih banyak menyentuh sektor industri dibanding sektor agribisnis. Untuk mengatasi kendala tersebut, campur tangan pemerintah sangat diharapkan dan dalam jangka pendek yang dapat dilakukan pemerintah adalah menggunakan peranannya untuk mendorong sektor perbankan agar lebih aktif lagi dalam mendukung pembiayaan sektor agribisnis (Suwito, 2003).
Pengertian agribisnis secara substansial adalah sama hanya berbeda dalam terminologinya, disusun sebagai panduan yang dapat menampung kegiatan-kegiatan di sektor agribisnis dalam arti luas yang meliputi sebagi berikut :
a.  Sub Sistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness) yang meliputi usaha/ industri yang menghasilkan saarana produksi pertanian yaitu pembibitan, agrokimia, pestisida, alat/mesin pertanian, makanan ternak dan lain-lain.
b. Sub Sistem agribisnis usahatani (on farm agribusiness) yang meliputi kegiatan budidaya pertanian termasuk kehutanan, perkebunan, peternakan dan perikanan.
c.  Sub Sistem agribisnis hilir (down-stream agribusiness) yang meliputi berbagai kegiatan pengolahan produk primer menjadi produk antara (intermediate product) maupun kegiatan pengolahan produk primer antara menjadi produk akhir (finished product).
d.  Sub Sistem jasa penunjang agribisnis (supporting service) yang meliputi kegiatan-kegiatan usaha dalam mendukung usaha agribisnis adalah perdagangan produk agribisnis.
Amien (2003), berpendapat bahwa pada sisi agribisnis on-farm di Indonesia dianggap masih mengandung risiko lebih besar daripada off-farm sehingga ada beberapa bank yang masih enggan membiayai kredit pada agribisnis on-farm. Nugroho (2003), menyatakan sektor agribisnis mempunyai permasalahan masih dianggap mempunyai tingkat risiko yang sangat tinggi, akibatnya pada saat pengambilan keputusan berkaitan sektor agribisnis faktor negatif tingginya risiko lebih mengemuka dibandingkan faktor potensi penciptaan keuntungan dari usaha agribisnis.

Monday, October 24, 2011

kisah seorang istri

Kisah Inspiratif untuk para istri dan suami

Semoga peristiwa di bawah ini membuat kita belajar bersyukur untuk apa yang kita miliki :
Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.
Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.
Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.
Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.
Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.
Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.
Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.
Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.
Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.
“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.
Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”
“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.
Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.
Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi,  ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.
Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.
Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.
Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.
Saat  pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.
Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.
Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya  dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.
Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.
Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.
Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.
Istriku Liliana tersayang,
Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.
Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.
Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.
Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!
Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.
Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.
Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.
Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”
Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”
Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”
Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”
Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.

http://bundaiin.blogdetik.com