Friday, November 4, 2011

Semarang Nda........

Dua tahun sudah diriku ngantor di kota Semarang, memang diriku tidak bertempat tinggal di kota Semarang jadi sehari-hari aku melakukan perjalanan kurang lebih 88 km pergi-pulang kekantor, Salatiga-Semarang adalah rute wajibku setiap hari, hari-hari selalu kunikmati setiap perjalanan yang kulalui. Hujan, panas dan kemacetan merupakan temanku sehari-hari. Diantara tempat-tempat kemacetan, ada beberapa tempat kemacetan favorit salah satunya, Vihara Buddha Gaya Watugong yang di dalamnya terdapat Pagoda Kwan Im, saya biasa menyebutnya sebagai tempat kemacetan yang indah, karena merupakan salah satu tempat wisata sejarah di Semarang.
Berada di perbatasan Kota Semarang dan Kab Semarang Vihara Buddha Gaya Watugong yang sebenarnya tidak terlalu jauh dari pusat kota, kira-kira hanya butuh waktu sekitar 30 menit untuk mencapai lokasi. Terletak persis di pinggir jalan jalur Semarang-Salatiga, sehingga sangat mudah terlihat oleh para pengendara karena dengan bentuk pagodanya yang khas sehingga mau tidak mau memaksa menoleh untuk melihatnya karena keunikannya, dan biasanya setiap pagi jam masuk kerja dan sore hari jam pulang kerja jalan utama didepan vihara padat merayap, sehingga kita bisa menikmati agak lama pemandangan  Vihara Buddha Gaya Watugong, sehingga menambah penasaran untuk melihat lebih dekat ke dalam Pagoda Kwan Im, bangunan yang terdapat di kompleks Vihara Buddha Gaya Watugong ini mempunyai nilai artistic dan unik tinggi 39 meter. Dibangunan tahun 2005 dan terletak persis di depan Makodam IV/Diponegoro Semarang. Bangunan yang mempunyai tujuh tingkat ini terdapat patung Dewi Welas Asih dari tingkatan kedua hingga keenamnya. Namun sedikitnya 20 patung Kwan Im dipasang di Pagoda tersebut. Pemasangan Dewi Welas Asih ini disesuaikan dengan arah mata angin. Hal ini dimaksudkan, agar Dewi yang selalu menebarkan cinta kasih tersebut bisa menjaga Kota Semarang dari segala arah. Bangunan ini merupakan pelengkap ruang Metta Karuna di Vihara Avalokitesvara Srikukusrejo Gunung Kalong di Kab Semarang.
Awalnya dalam benak saya Semarang identik dengan Lawang Sewu, namun ternyata sebenarnya masih banyak tempat wisata lain yang tidak kalah menarik dari gedung bekas kantor kereta api peninggalan kolonialisme Belanda tersebut. Memang tidak salah jika saya dan masyarakat pada umumnya di luar Semarang tidak mengetahui tempat-tempat bersejarah yang layak jadi tujuan wisata di kota yang pernah dijuluki sebagai Venice van Java” ini, ternyata Semarang menyimpan banyak pesona sebagai tujuan wisata, selain tempat yang saya lalui hampir tiap hari diatas masih banyak lagi tempat-tempat dikota Semarang yang menyimpan pesona, seperti Gereja Katedral Randusari. Bangunan yang terletak di kawasan Tugu Muda, tepatnya di Jalan dr. Soetomo Semarang, dekat dengan Lawang Sewu. Bangunan Katedral terdiri dari gedung pertemuan dan sekolah (SD Bernadus dan SMP Dominico Savio). Katedral menjadi gereja induk di wilayah Keuskupan Jawa Tengah Agung Semarang. Bangunan ini termasuk dalam kategori bangunan bersejarah yang dilindungi di Kota Semarang. Arsitektur bangunan Katedral berbentuk setangkup dengan facade tunggal yang berorientasi pada arsitektur Barat. Kompleks bangunan didesain berbentuk segi empat dengan tiga pintu masuk, masing-masing berada di sisi Barat, Selatan dan Utara.
Ada juga Taman Srigunting yang letaknya di kawasan Kota Lama Semarang, tepatnya di Gereja Blenduk. Taman Srigunting merupakan landmark Kota Lama. Pada masa Belanda, Taman Srigunting berwujud parade plein yang dibangun untuk panggung parade yang kini menjadi ruang terbuka. Taman ini merupakan satu-satunya taman yang berada ditengah kota lama, Taman Srigunting terletak di Jalan Letjen Suprapto No. 32, kawasan Kota Lama, Semarang. Taman ini diapit oleh Gedung Marba di sebelah selatan, Gedung Jiwasraya di barat daya, Gereja Blenduk di sebelah barat dan Gedung Kerta Niaga di sebelah timur. Kemudian Ada pula Kantor Pos Besar yang letaknya tidak jauh dari pasar tradisional terbesar di Semarang yaitu, Johar Semarang. Kantor Pos Besar merupakan salah satu bangunan bersejarah di Kota Loenpia. Bangunan ini dibangun pada saat pelayanan jasa pos di Indonesia hampir setengah abad. Sebelumnya, ketika lembaga pos yang dibentuk oleh J.P.Theben Tervile ini pada tahun 1862 mulai beroperasi, gedung yang ditempati berada di Kota Lama, berseberangan dengan kantor pelayanan jasa komunikasi di Jalan Letjend Suprapto, lebih ke arah barat. Tahun 1979 pernah dilakukan pemugaran pada gedung ini, serta penambahan ruang pada bagian belakang bangunan.
Dari Pasar Johar, teruslah masuk ke Jalan H Agus Salim, jika Anda sudah bertemu dengan jalan Gang Lombok di situlah terletak Klenteng Tay Kak Sie. Nama Tay Kak Sie jelas terlihat di pintu masuk Kelenteng, di situ tertulis tahun pemerintahan Kaisar Dao Guang 1821 - 1850 dari Dinasti Qing. Klenteng Tay Kak Sie didirikan pada tahun 1746, Klenteng Tay Kak Sie awalnya hanya untuk memuja Yang Mulia Dewi Welas Asih, Kwan Sie Im Po Sat. Klenteng ini kemudian berkembang menjadi klenteng besar yang juga memuja berbagai Dewa-Dewi Tao.
Bila malam, tidak jauh dari Klenteng Tay Kak Sie Anda bisa menuju ke kawasan kuliner Semawis (Semarang untuk Pariwisata), jaraknya kira-kira hanya 500 meter. Namun Semawis hanya ada pada hari Jumat sampai Minggu. Semawis dibuka sejak tanggal 15 Juli 2005, terletak di Gang Warung kawasan pecinan. Berbagai jenis makanan khas Semarang dapat dengan mudah kita dapatkan begitu memasuki kawasan semawis, yang ditutup bagi kendaraan ini. Kawasan Semawis tidak terlalu besar dan bisa dihabiskan dengan hanya berjalan kaki sekitar 20-30 menit, tetapi Semawis padat dengan aneka jenis makanan khas Semarang seperti pisang plenet atau lumpia.
Ada satu tempat lagi terutama bagi umat muslim untuk beribadah sekalian berwisata meskipun termasuk bangunan yang tergolong relative baru tapi kita bisa melihat masjid agung yang megah dan indah, sarat keistimewaan dibanding masjid-masjid lain, yakni Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) yang terletak di Jl. Gajah Raya Kelurahan Sambirejo di Kota Semarang. Masjid Agung Jawa Tengah diresmikan pada tanggal 14 November 2006 oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono. Masjid dengan luas areal tanah 10 Hektare dan luas bangunan induk untuk shalat 7.669 meter persegi tersebut bargaya arsitektur perpaduan antara Jawa, Jawa Tengah dan Yunani. Gaya Timur tengah terlihat dari kubah dan empat minaretnya. Gaya Jawa tampak dari bentuk tanjungan dibawah kubah utama. Sedangkan gaya Yunani tampak pada 25 Pilar-pilar kolosium yang dipadu dengan kaligrafi yang indah.

No comments:

Post a Comment