Setelah
membaca judul tulisan ini, coba Anda merenung sebentar. Lihat, cermati, rasakan
dan ingat kembali apa yang seketika muncul dalam pikiran Anda ketika membaca
judul tersebut. Apakah Anda merasa kaget dan sedikit mengerutkan dahi ? Apakah
Anda menjadi tertarik dan itu kemudian membangkitkan rasa keingintahuan Anda ?
Atau mungkin, seketika itu juga dalam pikiran Anda muncul pernyataan bantahan
"Omong kosong apalagi ini ?"
Tidak
semua mungkin dari Anda bereaksi seperti yang saya sebutkan tadi ketika membaca
judul tulisan ini, tetapi saya berani bertaruh (seandainya boleh) bahwa
sebagian besar dari Anda akan bereaksi seperti yang saya sebutkan tadi atau
minimal senada lah dengan itu. Jujur saja yah.... hehehehe nggak usah ngebantah
deh...
Nah, apa
artinya ini ? Sederhana saja jawabannya. Artinya banyak dari kita tidak percaya
bahwa diri kita atau semua yang namanya manusia itu genius. Genius disini tidak
berarti Anda harus mampu menghafal banyak hal dan mampu menyebutkannya dengan
fasih. Dan genius itu juga tidak berarti bahwa di belakang nama Anda harus ada
sederet titel, ataupun Anda harus terlebih dahulu mendapatkan pengakuan resmi
dari lembaga-lembaga tertentu. Hehehehehe... Tidak, tidak seperti itu maksudnya.
Genius itu adalah kemampuan untuk memahami sesuatu dengan baik dan jelas, dan kemampuan
ini muncul karena adanya kemauan untuk melihat segala sesuatu dari semua sisi
sehingga menghasilkan pemahaman yang benar-benar utuh. Sesuatu yang saya
maksudkan disini artinya adalah apa pun. Yup, apa pun, segala sesuatu baik yang
berbentuk ataupun tidak berbentuk. Jadi tidak terbatas pada satu atau dua hal
saja.
Nah,
ketika kita memiliki pemahaman yang benar-benar utuh tentang sesuatu karena
kita sudah melihatnya dari spektrum yang luas maka akan sangat mudah bagi kita
untuk mengerti apa dan bagaimana sesuatu itu. Sehingga ketika kita melihat,
mengalami atau merasakan sesuatu, kita jadi mengerti dan memahami apa yang kita
lihat, apa yang kita alami atau apa yang kita rasakan tersebut. Dan ketika kita
mengerti dan paham maka semuanya akan menjadi mudah dan jelas bagi kita.
Ok,
ilustrasi sederhananya begini deh... Anda pasti pernah mendengar atau membaca
cerita tentang lima orang buta yang bertengkar dan bersitegang satu sama lain
bahkan masing-masing sudah menghunus senjata-senjata andalannya (konon kelima
orang buta ini ahli silat juga) ketika mereka saling mencoba menjelaskan
tentang sosok seekor gajah yang baru pertama kali mereka jumpai. Orang buta
yang pertama bersikukuh bahwa gajah itu bentuknya bulat, panjang, ujungnya
berlubang dan berlendir (please jangan ngeres yah!). Orang buta yang kedua
berteriak bahwa gajah itu bentuknya pipih dan lebar. Yang ketiga membantah
bahwa gajah itu panjang, bulat dan ada bulunya (wah.. pasti pikiran Anda sudah
macam-macam neh..). Yang keempat malah bilang gajah itu bulat, runcing dan
keras. Dan yang kelima malah bilang gajah itu bulat dan besar.
Salah
nggak kelima orang buta ini ? TIDAK.. apa yang mereka ungkapkan adalah benar. Saya
menyebutkan benar karena bagaimanapun juga mereka melihat dari sisi pandang
mereka berdasarkan fakta dan kenyataan yang mereka temui, karena mereka buta
yah berarti faktanya berdasarkan apa yang bisa mereka rasakan saja... Tetapi,
seandainya mereka sedikit saja mau mendengarkan pendapat teman-teman mereka
yang lain tanpa saling merasa bahwa pendapatnya lah yang benar dan pendapat orang
lain adalah salah maka perdebatan dan pertengkaran tersebut tidak akan terjadi.
Bahkan dengan menggabungkan seluruh pendapat masing-masing mereka malahan akan
mendapatkan sebuah gambaran yang lebih lengkap tentang sosok gajah yang mereka
perdebatkan. Atau jika saja mereka mau untuk melihat dan memahami bagaimana
teman mereka tersebut sampai memiliki pendapat yang berbeda dengan mencoba
melakukan apa yang teman mereka tersebut lakukan, yaitu dengan memegang bagian
tubuh gajah yang mereka pegang sehingga mereka bisa saling memahami mengapa
teman mereka berpendapat begini atau begitu, maka mereka masing-masing akan
memiliki pemahaman yang jauh lebih baik tentang gajah.
Jadi
Genius itu hanyalah masalah mau dan tidak mau saja bagi manusia. Genius bukan
soal otak, genius bukan soal keturunan dan lain sebagainya. Siapapun Anda,
selama Anda masih keturunan manusia dan bukan berasal dari kera yang berjalan
tegak maka Anda terlahir dengan kemampuan yang sama secara fisik. Potensi kita
sebagai manusia sama besarnya satu sama lain. Kita terlahir untuk menjadi sang genius.
Tuhan sudah menciptakan dan memproklamirkan kita sebagai ciptaan-Nya yang
paling sempurna. Sempurna kata Tuhan jauh dari pengertian sempurna yang bisa
kita bayangkan. Nah, yang membuat kita terlihat memiliki kemampuan lebih atau
kurang dari manusia lainnya hanyalah terletak pada soal mau dan nggak mau saja.
Anda mungkin
terkagum-kagum dengan Albert Einstein, Picasso, Mozart dan lain sebagainya yang
kebanyakan orang menganggapnya sebagai manusia-manusia genius karena ahli dalam
bidangnya masing-masing. Dan maaf-maaf saja saya tidak pernah menganggap mereka
genius karena hal-hal tersebut. Sama sekali tidak. Apa yang mereka capai adalah
hal biasa saja, Anda, saya dan seluruh manusia dari bangsa manapun bisa
melakukan apa yang mereka lakukan karena kita sebagai manusia memang sudah
dipersiapkan untuk bisa seperti itu.